Ada Kasih di Warung Mbak Tri??
Oleh :iRuth_oi
Rabu, 12 November 2008. Suap-suapan mesra dua sejoli pagi itu saya saksikan sendiri di warung mbak Tri sebrang kampus. “Wow betapa mesranya orang ini ya”, berkata dalam hatiku. Selain suapan mesra pagi itu, dua sejoli yang tidak saya kenal itu juga asyik becanda dan terjadi baku perang kata-kata romantis dari mulut mereka. Apa yang namanya cinta dan kasih menjadi milik mereka saat itu. Rasa iri sedikit menguak dalam diriku, ya secara sampai sekarang saya masih jomblo sejati dan melihat orang lain mesra dengan pasangannya. Pada pagi itu, rasanya saya ikut terlarut dengan suasana senang, romantik dan candaan-candaan itu, karena dengan jelas telingaku dapat mendengar setiap pembicaraan mereka. Ets..bukannya saya menguping ya..tetapi karena sangat dekatnya jarak antara saya dan mereka, apalagi saya satu meja makan dengan pasangan sejoli itu. Namun, sambil tersenyum sendiri, saya pelan-pelan menelan makanan dalam mulut dan asyik menikmati makanan saya saat itu. “Mas, kita jadi kan Natalan nanti di gerejamu?”, pertanyaan itupun secara tidak langsung ditangkap oleh pendengaranku. “Iya dong dek, Natalannya jadilah di gerejaku, Natalan kali ini aku yakin pasti meriah dan asyik dek.”, balasan kata itu terucap dari pasangan laki-lakinya. Mendengar kata Natal yang terucap dari pasangan itu, membuatku bertanya dalam hati ini,” desember nanti saya Natalan dimana ya?”. Pertanyaan itu menjadi sangat serius buat saya, sampai-sampai sorenya di perjalanan pulang ke kost pun terus saja melekat dalam benak ini. Sesampai saya di kost, alunan musik Natal terdengar dari setiap kamar. Suara siulan lagu “Dari Pulau dan Benua” yang saya sukai itupun terdengar dari bapak kost. Teman-teman yang sedang mandi hari itupun asyik bernanyi sembari membersikan badannya. Semua yang saya saksikan hari itu membuat saya semakin tidak sabar untuk Natalan. Natalan bersama keluarga, teman atau siapapun itu dengan perayaan, pesta dan kegembiraan tetap saja menjadi dambaan saya Desember nanti. Dua hari setelah itu, tepatnya Jumat, 14 November 2008, tiba-tiba saya menerima telepon dari sahabat SMA saya. Seorang perawat di RS Elisabeth Medan. Shock dan sedih tiba-tiba saya rasakan setelah mendengar cerita dan curhatan dari sang sahabat. Sebulan sudah ia menahan tangis dan sedihnya setelah papa tercintanya menghadap ke pangkuan Bapa di surga. Berita duka kembali harus ditanggungnya karena keponakannya meninggal pada pagi itu.
Dukanya tidak berhenti hanya di situ, tetapi karena kedukaan yang mendalam itu kakaknya sendiri sedang koma di RS.Elisabeth Medan. Karena kepedihan itu sampai sekarang ibunya sendiri yang terlalu tertekan juga ikut menderita. Ibunya saat ini kehilangan arah hidup, semenjak hadirnya duka itu, ibunya bisanya hanya diam, sebentar-sebentar lalu ketawa setelah itu ia diam lagi dan ketawa lagi. Hari-harinya dia isi untuk menghibur ibunya di rumah dan juga menemani kakaknya di RS. Air mata dan kepedihan yang tiba-tiba hadir dalam diriku saat itu, curhatan penderitaanya pelan-pelan membakar hatiku dan ikut dalam kepedihan. Ekspresi wajah saya pun dapat digambarkan tidak bersemangat waktu itu. Seketika dambaan Natal yang penuh sukacitaku itu pun terhenti dan digantikan oleh kesedihan. Pertanyaan besar saya adalah kenapa bisa ia mengalami penderitaan seberat ini?? Sang sahabatku yang malang. Padahal ia adalah orang baik di hadapan Tuhan. Kepedulian, pertolongan, cinta dan kasihnya menjadi makanan sehari-hari bagi orang banyak di sekitarnya. Orang yang tidak dikenalnya pun tidak enggan selalu ditolongnya.
Sekalipun setiap penderitaan itu ia alami, kehilangan ayah dan keponakan, derita ibu dan kakaknya itu membuatnya semakin tegar dan optimis. Tetapi kok bisa?? Karena kasih Tuhan masih ada dalam dirinya. Satu hal itulah yang membuat Tuhan sangat bangga dan tersenyum kepada sang sahabat ini. Iya perempuan yang tegar dan sabar. Jika saya yang mengalami kesakitan itu, mungkin saja saya akan menuntut makna di balik pengalaman tersebut kepada Tuhan. Tetapi ia tidak saudaraku. Atau jika saya tidak mengalami penderitaan dan kesakitan itu mungkin saya sanggup berteori sampai pada cara-cara pemecahan “teoritis”, seperti yang dilakukan para penghibur Ayub di PL, yang justru tidak terbukti secara positif dalam pengalaman hidup. Oh..benarlah sudah bahwa kasih Tuhan itu sudah menjadi penyembuh yang manjur untuk setiap penderitaan si sahabatku. Kasih Tuhan itu tidak menjadi “obat bius” saja yang hanya sebagai penghilang rasa sakit, itu bukanlah penyelesaian. Natal bulan Desember ini tetap berada di depan matanya, ya…begitulah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat akan
ia rayakan. Lagipula Natal tidak berarti harus pesta-pesta atau perayaan saja, tetapi setiap orang memiliki ”makna“ tersendiri. Melalui hari-harinya bersama Tuhan adalah menjadi charger yang selalu full karena adanya semangat, harapan, cinta dan kasih dari Tuhan. Baru kusadari “Ternyata kenyataan penderitaan dan dukacita dikenal setiap orang, tetapi arti dan makna penderitaan hanya dikenal segelintir orang saja”. Itulah yang dikatakan oleh Frances Hogan dalam bukunya “Ziarah Batin di Belantara Penderitaan”. Saya yakin Natal ini juga menjadi baterai penuh untuk hidup setiap orang yang menderita karena masih ada kasih-Nya yang hadir disana. Mungkin masih ada orang yang sedang menderita berkata, “ Saya membutuhkan sesuatu, tetapi saya tidak tahu apa yang saya butuhkan.” Ini adalah suatu ketidakpuasan yang sungguh menggerogoti, yang tidak akan hilang jika santapan dan obat jiwa tidak diberikan. Wow..betapa tragisnya bila begitu banyak orang yang tidak mampu lagi mengerti dan menginterpretasikan jeritan batin karena jiwa mereka sudah terlalu lama dilupakan. Jiwa seolah-olah sudah terpenjara oleh badan, yang jeritannya ditenggelamkan dalam hal-hal yang membuat jauh dari Tuhan. Jeritan tangis dan jiwa yang dilupakan dan dilalaikan ini merupakan sumber dari aneka macam penderitaan dalam masyarakat kita dewasa ini yang tidak mengenal Tuhan. Huh…(menghelakan nafas). Helaan nafas ini memiliki arti panjang yang hendak menyimpulkan bahwa di dunia ada penderitaan tetapi tenanglah kasih-Nya juga masih ada. Oya..Lalu kalau begitu dimana saya akan merayakan Natal? Itu menjadi pertanyaan yang tidak penting sebenarnya. Yang menjadi penting adalah saya akan merayakan Natal dengan kehadiran kasih Allah tentunya. Ets…jangan pernah saudara bertanya, dimana saudara akan merayakan Hari Natal, tetapi tanyakanlah apa yang akan saudara lakukan pada Hari Natal??
Selama berefleksi dan Selamat Natal. God_Bless_Us. …….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar