Belarasa tidak sama dengan rasa kasihan. Rasa kasihan mengandaikan ada jarak, bahkan sikap merendahkan. Saya sering bertindak karena rasa kasihan. Saya memberikan uang kepada pengemis di jalan-jalan kota, tetapi saya tidak melihat matanya, tidak duduk bersama dengan dia, tidak berbicara dengan dia. Saya terlalu sibuk untuk sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada orang yang mengulurkan tangan minta bantuan. Uang saya menggantikan perhatian pribadi dan membuat hati saya tenang untuk terus berjalan. Berbelarasa berarti menjadi dekat dengan orang yang menderita. Namun, kita hanya dapat mendekat pada orang lain kalau kita siap untuk terluka. Seseorang yang berbelarasa berkata: “Aku adalah saudaramu; aku adalah saudarimu;aku adalah manusia, yang ringkih, lemah, fana yang sama seperti dirimu. Aku tidak mundur oleh air matamu dan aku tidak takut oleh penderitaanmu. Aku pun pernah menangis dan menderita. Kita dapat menjadi sesama kalau orang lain bukan lagi orang asing bagi kita tetapi menjadi sama dengan kita. Mungkin inilah sebabnya mengapa kita lebih mudah menaruh kasihan daripada berbelarasa. Orang yang menderita mengajak kita sendiri sadar akan penderitaan kita. Bagaimana saya dapat memberi perhatian kepada orang yang kesepian kalau saya sendiri tidak akrab dengan pengalaman kesepian saya? Bagaimana saya dapat dekat dengan orang cacat kalau saya tidak siap mengakui cacat-cacat saya sendiri? Bagaimana saya dapat hidup bersama orang yang menderita dan orang miskin kalau saya tidak mau mengakui kemiskinan dan penderitaan saya sendiri? Ternyata saya sadari saya harus bertindak dari dalam diri saya. Saya harus bangkit dari diri saya untuk orang lain dan saya selalu yakin dan percaya Dia Tuhan yang selalu disisi saya. Pelyanan dan dukungan demi dukungan sudah saya lakukan sepanjang hidup saya. Tetapi apapun yang sudah saya lakukan kepada semua orang yang menderita dan orang-orang kumuh bukanlah apa-apa dibandingkan dengan apa yang sudah saya terima dari Dia yang Berkorban untuk saya. Pedulilah dan bertindaklah untuk mereka yang menderita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar